PERAN
DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik
Indonesia, sebagaimana yang telah disahkan pada sumpah pemuda 1928. Selain itu
bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi waga Negara
Indonesia. Dalam peranannya bahasa Indonesia dalam penulisan atau dalam konteks
ilmiah sangatlah penting. Dikarenakan dalam penulisan ilmiah membutuhkan
penggunaan tata bahasa Indonesia yang baik. Penggunaan tata bahasa Indonesia
dalam konteks ilmiah ialah penggunaan tata bahasa yang telah mengikuti aturan
EYD yang benar. Dimana dalam segi penggunaan tata bahasa, segi pemilihan kata,
dan segi penggunaan tanda baca.
Sering kali pada konteks ilmiah bahasa diartikan
sebagai buah pikir penulis, sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian
yang dilakukan oleh si penulis tersebut pada ilmu pengetahuan tertentu. Dalam
konteks karya ilmiah isi dari karya ilmiah harus menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, baik dalam penulisan dan tata bahasanya.
Dalam penulisan karya ilmiah yang harus diperhatikan
ialah dalam pemilihan kata, penggunaan tanda baca, dan harus mengikuti EYD.
Adapun manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca
yang efektif.
2. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari
berbagai sumber.
3. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan.
4. Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara
jelas dan sistematis.
5. Memperoleh kepuasan intelektual.
6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
Jadi dapat disimpulkan peranan dan fungsi bahasa
Indonesia dalam konteks ilmiah sangatlah penting. Karena hasil baik dari
penulisan ilmiah tidak lepas dari segi penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah
1. Pendahuluan
Bahasa merupakan kunci untuk membuka wawasan dan
pengetahuan. Hanya dengan bahasalah kita dapat menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Walaupun bahasa Indonesia sudah berperan sebagai alat persatuan
tetapi belum dapat berperan sebagai pengantar ilmu pengetahuan. Hal tersebut
mengharuskan kita menerjemahkan semua buku ilmu pengetahuan di dunia ini ke
dalam bahasa Indonesia. Dengan adanya informasi ilmiah dalam bahasa Indonesia
tersebut, pasti akan ada kemajuan di bidang ilmu pengetahuan yang berarti meningkatkan
mutu bahasa indonesia sebagai bahasa ilmiah. Bahasa dipakai sebagai alat
mengungkap gagasan dan pikiran. Dengan begitu bahasa adalah alat komunikasi
sekaligus alat untuk memahami isi dari komunikasi itu sendiri. Komunikasi
antar-orang, termasuk komunikasi ilmuwan terhadap fenomena alam dan fenomena
kebudayaan.
Manusia menggunakan bahasa sesuai dengan yang dia
ketahui dan yang dirasakan guna menyampaikan gagasan atau menerima gagasan,
pemberitahuan, keluh-kesah, pernyataan menghormat, bersahabat, atau pernyataan
permusuhan dari orang lain. Siapa dia berkomunikasi dengan siapa, tentang hal
apa, di mana, untuk tujuan apa dengan cara bagaimana. Dengan demikian, cara
orang mengekspresikan gagasan terkait dengan masalah-masalah di luarnya seperti
kesadaran atas status sosial dan tradisi yang berlaku dan diberlakukan. Lewat
bahasa yang diketahui, gagasan dan pikiran diformulasi menjadi serangkaian
konsep kebahasaan. Konsep bisa berupa kata atau istilah (construct). Kursi
misalnya, adalah kata yang artinya “tempat duduk”. Karena berarti demikian maka
kursi difungsikan untuk diduduki, tidak dipanggul. Kalau dipanggul, pasti ada
penjelasan lain, misalnya dilakukan oleh sejumlah kuli-kasar untuk dibawa masuk
ke rumah, ke mobil cup terbuka. Karena kursi berfungsi sebagai tempat duduk,
maka muncul makna baru dari kata kursi itu, misalnya kedudukan. Misalnya adanya
ungkapan: “Para anggota DPR (mohon maaf untuk tidak dibaca wakil-wakil rakyat)
bersitegang untuk memperebutkan kursi ketua komisi. Kata “kursi” di sini merupakan
kata lain dari “kedudukan sebagai”. Sedang bersitegang adalah suasana yang
muncul dengan tanda-tanda tertentu, misalnya saat berbicara tangannya
digebrakkan ke meja, atau berbicara sambil merebut mik ketua sidang dsb.
Bahasa Indonesia dikenal sebagi bahasa aglutinatif.
Artinya, kosakata dalam bahasa Indonesia dapat ditempeli dengan bentuk lain,
yaitu imbuhan. Imbuhan mengubah bentuk dan makna bentuk dasar yang dilekati
imbuhan itu .Karena sifat itulah, imbuhan memiliki peran yang sangat penting dalam
pembentukan kata bahasa Indonesia. Dengan demikian, sudah selayaknyalah,
sebagai pemakainya kita memiliki pengetahuan mengenai ini.Kemampuan berbahasa
yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan
ilmiah karena bahas merupakan sarana komunikasi ilmiah pokok. Tanpa penguasaan
tata bahasa dan kosakata yang baik akan sulit bagi seorang ilmuan untuk
mengkomunikasikan gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa selaku alat
komunikasi, kita bukan saja menyampaikan informasi tetapi juga argumentasi,
dimana kejelasan kosakata dan logika tata bahasa merupakan persyaratan utama.
1. Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah atau akademik menuntut kecermatan
dalam penalaran dan bahasa. Dalam hal bahasa, karya tulis semacam itu (termasuk
laporan penelitian) harus memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau bukan
bahasa informal atau pergaulan.Ragam bahasa karya tulis ilmiah atau akademik
hendaknya mengikuti ragam bahsa yang penuturnya adalah terpelajar dalam bidang
ilmu tertentu. Ragam bahasa ini mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari
ketaksaan atau ambigiutas makna karena karya tulis ilmiah tidak terikat oleh
waktu. Dengan demikian, ragam bahasa karya ilmiah sedapat-dapatnya tidak
mengandung bahasa yang sifatnya kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik.
Tujuannya agar karya tersebut dapt tetap dipahami oleh pembaca yang tidak
berada dalam situasi atau konteks saat karya tersebut diterbitkan. Masalah
ilmiah biasanya menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit
dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan
hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa keilmuan adalah kemampuannya untuk
membedakan gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan strukturnya yang
baku dan cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat terungkap dengan
cermat tanpa kesalahan makna bagi penerimanya.
Penulisan ilmiah merupakan sebuah karangan yang
bersifat fakta atau real yang ditulis dengan menggunakan penulisan yang baik
dan benar serta ditulis menurut metode yang ada.
Terdapat beberapa jenis penulisan ilmiah yang dapat
di kategorikan sebagai berikut :
Ø Makalah
Karya tulis yang menyediakan permasalahan dan
pembahasan sesuai dengan data yang telah di dapatkan di lapangan dengan
objektif.
Ø Kertas Kerja
Pada umumnya kertas kerja hamper sama dengan makalah
akan tetapi kertas kerja digunakan untuk penulisan local karya atau seminar
serta lebih mendalam dari makalah.
Ø Laporan Praktik Kerja
Karya ilmiah yang memaparkan fakta yang di temui di
tempat bekerja yang digunakan untuk penulisan terakhir jenjang diploma III
(DIII).
Ø Skripsi
Merupakan karya ilmiah yang mengemukakan pendapat
orang lain dan data yang telah di dapat di lapangan yang digunakan untuk
mendapat gelar S1 :
1. Langsung (observasi lapangan)
2. Skripsi
3. Tidak langsung (studi kepustakaan)
Ø Tesis
Karya ilmiah yang bertujuan untuk melakukan
pengetahuan baru dengan melakukan peneluitian penelitian terhadap hasil
hipotesis yang ada.
Ø Disertasi
Karya tulis untuk mengungkap dalil baru yang dapat
dibuktikan berdasarkan fakta yang realistis dan data yang relefan serta
objektif.
Dalam menulis karya ilmiah sebaiknya menggukan
kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan kaidah dan bahasa yang penuturannya
terpelajar dengan bidang tertentu, ini berguna untuk menghindari ketaksaan atau
ambigu makna karna karya ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian,
ragam bahasa penulisan karya ilmiah tidak mengandung bahasa yang sifatnya
konstektual,
Oleh karena itu, pengajar perlu memperhatikan kaidah
yang berkaitan dengan pembentukan istilah, Pedoman Umum Pembentukan Istilah
(PUPI) yang dikeluarkan oleh pusat pembinaan bahasa Indonesia merupakan sumber
yang baik sebagai pedoman dalam memperhatikan hal-hal tersebut. Dan juga tanda
baca yang tepat untuk di setiap kalimat yang dimuat dalam Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)
Ada yang menyebutkan beberapa aspek yang harus
diperhatikan dalam karya tulis ilmiah berupa penelitian yaitu :
1. Bermakna isinya
2. Jelas uraiannya
3. Berkesatuan yang bulat
4. Singkat dan padat
5. Memenuhi kaidah kebahasaan
6. Memenuhi kaidah penulisan dan format karya ilmiah
7. Komunikasi secara ilmiah
RAGAM
BAHASA
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui
bahasa manusia dapat saling berhubungan atau berkomunikasi, saling berbagi
pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan
intelektual. Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa
Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh
karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan
keperluannya, apapun latar belakangnya.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut
pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara
(Bachman, 1990). Seiring dengan perkembangan zaman yang sekarang ini banyak masyarakat
yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami perubahan. Perubahan itu
berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya
variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien,
dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk
keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000)
Ragam Bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1.
berdasarkan media
2.
berdasarkan cara pandang penutur
3. berdasarkan topik pembicaraan.
1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk
menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri
·
Ragam bahasa lisan
·
Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of
speech) dengan dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan
dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan
ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal,
dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya
Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi
pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu
tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan
kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan
unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam
baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam
memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda
tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal
atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat
disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya
saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya
tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk
tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua
ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan
yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
a. Memerlukan orang kedua/teman bicara;
b. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya
perlu intonasi serta bahasa tubuh.
d. Berlangsung cepat;
e. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f. Kesalahan
dapat langsung dikoreksi;
g. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah
serta intonasi
Contoh ragam lisan adalah ‘Sudah saya baca buku
itu.’
Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna
kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan
ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh
situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat.
Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan
dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk
kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam
struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis :
1.Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2.Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang
serta waktu;
3.Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4.Berlangsung lambat;
5.Selalu memakai alat bantu;
6.Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7.Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik
muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku
itu.’
2.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang
penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia
terdiri dari beberapa ragam diantara nya adalah :
·
Ragam dialek
Contoh : ‘Gue udah baca itu buku.’
·
Ragam terpelajar
Contoh :
‘Saya sudah membaca buku itu.’
·
Ragam resmi
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
· Ragam
tak resmi
Contoh : ‘Saya sudah baca buku itu.’
3.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik
pembicaraan
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri
dari beberapa ragam diantara nya adalah :
1. Ragam
bahasa ilmiah
2. Ragam
hukum
3. Ragam
bisnis
4. Ragam
agama
5. Ragam
sosial
6. Ragam
kedokteran
7. Ragam
sastra
Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:
Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam
hukum)
Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan
diberikan diskon.(ragam bisnis)
Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam
sastra)
Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam
kedokteran)
Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang
intensif. (ragam psikologi)
Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku
tulis dan ragam bahasa baku lisan.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman
bahasa, diantaranya :
• Faktor Budaya atau letak Geografis
• Faktor Ilmu pengetahuan
• Faktor Sejarah
Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut
pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicara.
Ragam bahasa terbagi dua jenis yaitu bahasa lisan
dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis kita harus menguasai
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan menguasai EYD, sedangkan
untuk ragam bahasa lisan kita harus mampu mengucapkan dan memakai bahasa
Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan.
EJAAN
YANG DI SEMPURNAKAN DAN TANDA BACA
Ejaan yang disempurnakan memuat kaidah-kaidah bahasa
Indonesia, seperti penulisan huruf,
penulisan kata, penulisan tanda baca dan penulisan unsur serapan. Penulisan
huruf berkaitan dengan aturan penulisan nama diri, nama jenis, nama sebutan dan
huruf pada lambang bilangan. Penulisan kata berkaitan dengan aturan penulisan
kata baku, kata depan, kata ulang, gabungan kata dan bentuk singkatan/akronim.
Penggunaan tanda-tanda baca dan aturan penyerapan kata asing yang menjadi
kosakata bahasa Indinesia. EYD ini
hendaknya menjadi acuan/patokan dalam berbahasa Indonesia agar tidak terjadi
kesalahan.
Penulisan Huruf
Abjad di Indonesia berjumlah 26 huruf yang
melambangkan bunyi-bunyi bahasa (fonem), terdiri dari 5 huruf vokal dan 21
huruf konsonan. Bahasa Indonesia juga mengenal gabungan huruf yang padu yang
lazim disebut Diftong. Jumlah diftong ada tiga yaitu ai, au, dan oi. Contoh
diftong antara lain : pantai, pukau dan amboi.
Huruf pada
nama diri dan nama jenis
Nama diri adalah nomina khusus yang mengacu ke nama
geografi, nama orang atau lembaga, dan nama yang berhubungan dengan waktu. nama
diri ditulis dengan huruf kapital. Sedangkan nama jenis merujuk kepada jenis
tertentu secara umum. Di dalam pedoman EYD nama jenis yang tergolong sebagai
nomina umum ditulis dengan huruf kecil.
Nama diri yang diatur penulisannya dalam pedoman
umum EYD berhubungan dengan :
1. nama
gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, dan gelar keilmuan yang diikuti nama
orang
contoh
kalimat:
a. Doktor
Salim Said terkenal kritis dalam memberikan ulasan di televisi.
b. Haji
Agus Salim seorang pahlawan pendidikan.
2. nama
jabatan pangkat yang diikuti nama orang, instansi atau tempat
contoh kalimat:
a.
Gubernur DKI Jakarta meresmikan pengunaan busway.
b. Kolonel
Suparman berhasil mengungkap kasus korupsi kemarin.
3. nama
bangsa, suku bangsa, dan bahasa
contoh kalimat:
a. Di
penghujung tahun 2004 bangsa Indonesia mengalami bencana yang amat besar.
b. Pulau
Jawa terpadat penduduknya di Indonesia.
c. Bahasa
Indonesia belum menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.
4. nama
tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah
contoh kalimat:
a.
Peristiwa itu terjadi pada tahun 1343 Hijriah.
b. Dahulu
pernah terjadi Perang Candu di negeri Cina.
5. nama
khas geografi
contoh kalimat:
a. Salah
satu daerah pariwisata di Sumatera adalah Danau Toba.
b. Pulau
Jawa dan Pulau Sumatera dihubungkan oleh Selat Sunda.
6. nama buku,
majalah, surat kabar dan judul karangan
contoh kalimat:
a. Ayu
Utami mengarang novel Saman.
b. “Kiat
Mengatasi Gejala Penyakit Kejiwaan”.
Huruf pada
nama julukan atau sebutan
Nama julukan atau sebutan lain dari sebuah nama diri
diperlakukan sebagai nama diri dan dituliskan dengan huruf awal kapital.
Contoh kalimat:
a. Dia
tinggal di Bandung, yang mendapat julukan Kota Kembang
b. Aceh
(Serambi Mekah) dikejutkan oleh peristiwa gempa bumi dan tsunami.
c. Dia
lebih dikenal sebagai Pak Raden daripada Suryadi.
Kota Kembang, Serambi Mekah, dan pak Raden
dituliskan dengan huruf awal kapital karena digunakan sebagai pengganti nama
diri atau sebagai nama lain.
Huruf pada lambang bilangan
Angka digunakan untuk menuliskan lambing bilangan
atau nomor yang dinyatakan dengan angka Arab (1,2,3,4…) atau angka Romawi
(I,II,III,IV…). Kaidah penggunaan angka
antara lain untuk:
1.
menyatakan ukuran panjang, berat, luas dan isi. Misalnya 5 meter, 2 ons
dan 100 meter
2.
menyatakan satuan waktu, misalnya 5 jam 30 menit
3.
menyatakan nilai uang, misalnya Rp 5.000,00, US$ 2,500.00, 100 yen
4.
menyatakan kuantitas, misalnya 30 persen, 27 murid
5.
melambangkan nomor yang diperlukan pada alamat. Misalnya Cempaka Putih
Tengah IV, No. 53.
6. memberi
nomor bagian karangan dan ayat suci, misalnya
Bab IX, subbab 13, halaman 366
Surat Al Ikhlas: 1 – 4
Kata Baku dan
Tidak Baku
Sebuah kata dapat dinyatakan baku apabila kata
tersebut digunakan sebagian besar masyarakat dalam situasi pemakaian bahasa
yang bersifat resmi dan menjadi rujukan norma dalam penggunaannya. Sementara
itu, sebuah kata dinyatakan tidak baku apabila kata itu menyimpang dari norma
kosakata baku (misalnya munculnya unsur kedaerahan atau penyerapan kata asing
yang tidak mengikuti kaidah yang berlaku).
Contoh kosakata:
No.
|
Tidak Baku
|
Baku
|
1.
|
kwitansi
|
Kuitansi
|
2.
|
telor
|
Telur
|
3.
|
sistim
|
Sistem
|
4.
|
tampal
|
Tambal
|
5.
|
korsi
|
Kursi
|
Kosakata baku memiliki tiga sifat, yakni
kebersisteman, kecendekiaan, dan keseragaman.
Kata Depan
Kata depan dalam bahasa Indonesia adalah di, ke, dan
dari. Kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Akan tetapi, dalam kenyataannya masih banyak
pengguna bahasa yang kurang dapat membedakan kata depan dengan awalan. Untuk
mengatasi keraguan, pengguna bahasa dapat menentukan kata depan atau awalan
dengan cara berikut:
1. Jika
bentuk kata “di” dapat digantikan oleh ”ke” dan ”dari” atau sebaliknya, makna
kata ”di” tersebut termasuk kata depan dan harus dituliskan terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Contoh:
a. Di samping
saya terlihat banyak bangunan yang runtuh.
b. Dari
samping saya terlihat banyak bangunan yang runtuh.
Kata Ulang
Kata ulang adalah bentuk kata yang dihasilkan dari
proses perulangan dan dituliskan secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Menurut bentuknya kata ulang dibedakan menjadi empat jenis yaitu sebagai
berikut:
1. Kata
ulang murni (perulangan kata dasar)
contoh: cepat-cepat, batuk-batuk, kadang-kadang.
2.
Perulangan berubah bunyi
contoh: bolak-balik, compang-camping, tindak-tanduk
3.
Perulangan berimbuhan
contoh: tolong-menolong, hormat-menghormati,
keheran-heranan
4.
Perulangan sebagian. Kata ulang ini dalam bahasa Indonesia jumlahnya
terbatas.
contoh: tetamu, lelaki, tetumbuhan.
Bentuk Singkatan dan Akronim
Singkatan adalah bentuk bahasa yang dipendekkan dari
kata atau kelompok kata yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan
seperti itu banyak dijumpai pada nama diri, seperti nama lembaga dan nama
orang, serta kata-kata umum dalam bahasa Indonesia. Singkatan tersebut dapat
dituliskan dengan tanda titik atau tanpa tanda titik.
Contoh:
Singkatan tanpa tanda titik Singkatan dengan tanda titik
BUMN
Dr. Ir. Priyono (gelar di depan)
PGRI
Bustanuddin,
S.S. (gelar di belakang)
BP4
A. S. Nungcik (singkatan nama di depan)
BP7
Emi A.T. (singkatan nama di belakang)
Akronim merupakan singkatan dari deret kata yang
dapat berbentuk gabungan huruf, suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata.
Hasil gabungan itu dianggap dan diperlakukan sebagai kata. Akronim dapat
dibedakan atas akronim nama diri dan akronim bukan nama diri. Akronim yang
berasal dari nama diri dituliskan dengan huruf awal kapital. Sedangkan akronim
yang bukan nama diri dituliskan dengan huruf kecil.
Contoh akronim nama diri:
Depkes (Departemen Kesehatan)
Bappenas
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
Kowad
(Korps Wanita Angkatan Darat)
Contoh akronim bukan nama diri:
Amdal (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan)
Rapim (Rapat Pimpinan)
Waskat (Pengawasan Melekat)
Pemakaian tanda baca
Pemakaian tanda baca dalam ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan mencakup pengaturan (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3)
tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7)
tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9) tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda
kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda petik tunggal, (14) tanda ulang, (15)
tanda garis miring dan (16) penyingkat (Apostrof).
1. Tanda
titik (.)
a. Tanda
titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya:
1) W.S.
Rendra 2) Abdul Hadi W.M.
b. Tanda
titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan Misalnya:
1) Dr.
(doktor) 2) dr. (dokter)
d. Tanda
titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan,
jutaan dan seterusnya. Misalnya:
1) Tebal
buku itu 1.150 halaman. 2) Minyak tanah sebanyak 2.500 liter tumpah
2. Tanda
koma
Ada kaidah yang mengatur kapan tanda koma digunakan
dan kapan tanda koma tidak digunakan.
a. Tanda
koma harus digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
b. Tanda
koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dengan kalimat
setara berikutnya yang didahului dengan kata tetapi, melainkan dan sedangkan.
c. Tanda
koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Biasanya, anak kalimat
didahului oleh kata penghubung bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun,
apabila, jika, meskipun dan sebagainya.
3. Tanda
titik koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata
penghubung.
Misalnya :
Para pemikir mengatur strategi dan langkah yang
harus ditempuh; para pelaksana mengerjakan tugas sebaik-baiknya; para
penyandang dana menyediakan biaya yang diperlukan
4. Tanda
titik dua (: )
a. Tanda
titik dua dipakai pada akhir suatu perrnyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pemerian.
Misalnya :
Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai tiga jurusan :
Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi dan Sekolah Tinggi Hukum
b. Tanda
titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri permyataan
Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai Sekolah Tinggi
Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi dan Sekolah Tinggi Hukum.
5. Tanda
hubung ( – )
a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas
hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
Tigapuluh-dua-pertiga (30 2/3) dan tigapuluhdua-
pertiga (32/3)
Mesin-potong tangan (mesin potong yang digunakan
dengan tangan) mesin potong-tangan (mesin khusus untuk memotong tangan).
b. Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan –an dan (d)
singkatan huruf dengan imbuhan atau kata.
6. Tanda
pisah (-)
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberi penjelasan khusus diluar bangun kalimat, menegaskan adanya aposisi
atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas dan dipakai di
antara dua bilangan atau tunggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau diantara dua
nama kota yang berarti ‘ke’ atau ‘sampai’. Panjangnya dua ketukan.
Misalnya:
1)
Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai-diperjuangkan oleh
bangsa itu sendiri.
2)
Pemerintah Orde Baru tahun 1966-sekarang.
3) Bus Kramajati jurusan Banjar-Jakarta.
4)
(Moeliono,1980:15-31)
7. Tanda
petik (“_”)
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung,
judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.
Misalnya:
1) Kata
Hasan, “Saya ikut.”
2) Sajak
“Aku” karangan Chairil Anwar.
3) Ia
memakai celana “cutbrai.”
8. Tanda
petik tunggal (‘_’)
Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau
penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
Lailtul Qadar ‘malam bernilai’
9. Tanda Elipsis (…)
a. Tanda
elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus
Misalnya:
Kalau begitu …ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda
elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan …akan diteliti lebih lanjut.
10. Tanda Tanya (?)
a. Tanda
Tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
b. Tanda
Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:
1) Ia
dilahirkan pada tahun 1683 (?). 2) Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?)
hilang.
11. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya:
1)
Alangkah seramnya peristiwa itu!
2) Bersihkan kamar itu
sekarang juga!
12. Tanda Kurung ((…))
a. Tanda
kurung yang mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
b. Tanda
kurung yang mengapit tambahan keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
13. Tanda Kurung Siku ([...])
a. Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
b. Tanda
kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
14. Tanda Garis Miring ( / )
a. Tanda
garis miring dipakai didalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
15. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘ )
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian
kata atau bagian angka tahun.