Kamis, 19 November 2015

TUGAS BULAN 2 BAHASA INDONESIA

DIKSI ( PEMILIHAN KATA ).

 Pengetian Diksi
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Ada beberapa pengertian diksi di antaranya adalah membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi yang efektif, melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal, membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Diksi, dalam arti pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.  Harimurti (1984) dalam kamus linguistic, menyatakan bahwa diksi adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di dalam karang mengarang.
Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat dan selaras dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.

.                Persyaratan Diksi
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis. Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan :
a.    Kaidah kelompok kata/ frase
b.    Kaidah makna kata
c.    Kaidah lingkungan sosial
d.   Kaidah karang-mengarang
Hal ini di jelaskan satu persatu, sebagai berikut :
a.    Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan benar.
Ø Tepat
Contohnya :
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan  dengan lihatan mata.
Ø Seksama
Contohnya :
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakan hari agunghari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa tinggi  karena kata tersebut tidak seksama.
Ø Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan pengertian saja.
Contohnya :
Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim anjing makan.  Kemudian kata santapan rohani tidak dapat pula digantikan dengan makanan rohani.  Kedua kata ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan pemakain-nya.
b.    Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.
v  Jenis Makna
Ø Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam yaitu:
1.    Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di dalam kamus. Makna ini dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan, tidur, ibu, adik, buku
2.    Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses gramatikal, seperti proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan).
Contoh :
-        Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor ; Adik mengotori lantai itu.
-        Proses reduplikasi pada kata kacang Kacang-kacangan merupakan salah satu sumber protein nabati.
-        Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin ; Ia bekerja di rumah sakit bersalin
Ø Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:
1.    Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca indra dan tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai makna sebenarnya.
Contoh :   
-        Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
-        Besi : logam yang sangat keras
2.    Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi pancaindra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai makna kias atau makna kontekstual.
Contoh :   
-        Ibu kota : pusat pemerintahan
-        Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
-        Jamban : kamar kecil
Ø Berdasarkan wujudnya, makna dibedakan atas :
1.    Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh :
-        meja, baju, membaca, menulis
2.    Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh :
-        baik, indah, sedih, gembira
v  Perubahan Makna
Ø Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas.
1.    Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya.
Misalnya:
Kata
Dulu
sekarang
Berlayar
Mengarungi laut dengan memakai kapal layar
Mengarungi lautan dengan alat apa saja
Putera-puteri
Dipakai untuk sebutan anak-anak raja
Sebutan untuk semua anak laki-laki dan perempuan
2.    Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada makna dahulu
Kata
Dulu
Sekarang
Sekarang
Sebutan untuk semua orang cendikiawan
Gelar untuk orang yang sudah lulus dari perguruan tinggi
Madrasah
Sekolah
Sekolah yang mempelajari ilmu agama Islam
Ø Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas :
1.    Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru dirasakan lebih baik dari arti sebelumnya. 
Contoh:
-        Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan
-        Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.
2.    Peyorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah. Arti baru dirasakan lebih rendh nilainya dari arti sebelumnya.
Contoh:
-        Kata perempuan sekarang dirasakan lebih rendah artinya
-        Kata bini sekarang dirasakan kasar
v  Pergeseran Makna
Pergeseran makna dibedakan atas 2 macam:
1.    Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat.
Contoh:
-        Tasya menyikat giginya sampai bersih
-        Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga dirumah itu
2.    Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua indra yang berbeda.
Contoh:
-        Sayur itu rasanya pedas sekali
-        Kata-katanya sangat pedas didengar.
v  Relasi Makna
1.    Homonim adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan dan pengucapan.
Contoh :
-       Bisa berarti ;
o  Dapat, sanggup
o  racun
-       Buku berarti ;
o  Kitab
o  antara ruas dengan ruas
2.    Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan tulisan tetapi berlainan pengucapan dan arti.
Contoh:
-        Teras(inti) dengan teras(halaman rumah)
-        Sedan(isak) dengan sedan(sejenis mobil)
-        Tahu(paham) dengan tahu(sejenis makanan)
3.    Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan pengucapan tetapi berlainan tulisan dan arti
Contoh:
-        Bang dengan bank
-        Masa dengan massa
4.    Sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya tetapi mempunyai arti yang sama.
Contoh:
-        Pintar dengan pandai
-        Bunga dengan kembang
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Oleh sebab itu, di dalam sebuah karang mengarang sebaiknya dipergunakan sinomin kata supaya ada variasinya dan ada pergantiannya yang membuat lukisan di dalam karangan itu menjadi hidup. Sinonim dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
·      Pengaruh bahasa daerah
Contoh :
-       Kata harimau yang diberi sinonim dengan macan .
-       Kata auditorium bersinonim dengan kata pendopo.
-       Kata rindu bersinonim dengan kata kangen
·      Perbedaan dialek regional
Contoh : 
-       Handuk bersinonim  tuala ,
-       selop bersinonim seliper 
·      Pengaruh bahasa asing
Contoh :
-       kolosal bersinonim besar,
-       aula bersinonim ruangan,
-       realita bersinonim kenyataan .
·      Perbedaan dialek sosial
Contohnya :
-       suami bersinonim laki,
-       istri bersinonim bini,
-       mati bersinonim wafat.
·      Perbedaan ragam bahasa
Contohnya :
-       membuat bersinonim menggubah,
-       assisten bersinonim pembantu,
-       tengah bersinonim madya.
·      Perbedaan dialek temporal
Contohnya :
-       hulubalang bersinonim komandan,
-       kempa bersinonim stempel,
-       peri bersinonim hantu .
5.    Antonim adalah kata-kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
-        Tua- muda
-        Besar – kecil
-        Luas – sempit
6.    Polisemi berasal adalah kata poly dan sema, yang masing-masing berarti’banyak’ dan ‘tanda’. Jadi polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna.
Contoh:
-        Kata kepala yang mempunyai arti bahagian atas tubuh manusia tetapi dapat juga berarti orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor dan sebagainya.
-        Kata kaki  yang dipergunakan untuk menahan tubuh manusia  tetapi dapat juga kaki meja yang menahan meja.
c.    Pilihan kata sesuai dengan Kaidah Lingkungan Sosial Kata
Diksi harus selalu diperhatikan lingkungan pemakian kata-kata. Dengan membedakan lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan akan lebih tepat dan mengena. Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan :
                          1.       Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek
Contoh:
Kata- kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mampus, mangkat  kita bedakan penggunaanya di dalam bahasa Indonesia berdasarkan rasa bahasa bukanlah melihat tingkat sosialnya
                          2.       Daerah/geografi yang mengakibatkan dialek
     Contoh:              
Kata-kata bis,kereta, dan motor kita bedakan penggunaanya berdasarkan geografinya
                          3.       Formal/nonformal yang mengakibatkan bahasa baku/ tidak baku
Contoh:
Kata tersangka, terdakwa, dan tertuduh kita bedakan berdasarkan maknanya.
                          4.       Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan khusus.
Ø Makna Umum( hipernim) adalah makna yang cakupannya luas.
Contoh:
bunga, bulan, hewan, kendaraan
Ø Makna khusus( hiponim) adalah makna yang cakupannya sempit atau terbatas.
Contoh:
Hipernim
Hiponim
Melihat
Menengok,menatap, melirik,menjenguk,melotot
Bunga
Melati, Anggrek, Sedap Malam
Bulan
Januari,Februari, Maret
Hewan
Ayam, Burung, kambing

d.   Pilihan kata sesuai dengan kaidah mengarang.
Pilihan kata akan memberikan imformasi sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pilihan kata dengan kaidah mengarang memiliki kelompok kata yang berpasangan tetap, pilihan kata langsung dan pilihan kata yang dekat dengar pembaca.
Contoh :
-       Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas
-       Ditemani oleh, ditemani dari, ditemani dengan
-       Ia menelpon kekasihnya (pilihan kata langsung), Ia memanggil kekasihnya melalui telepon (pilihan kata yang panjang dan berbelit-belit)
-       Tidak semua pendengar/pembaca mengerti singkatan balita, KISS, dan kelompencir.

                            Kata Ilmiah, Kata Populer, Kata Jargon dan Slang
a.    Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
b.    Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat umum.
     Berikut adalah contoh dari kata ilmiah dan kata populer tersebut.
Kata Ilmiah
Kata Popular
Analogi
Frustasi
Final
Diskriminasi
Prediksi
Kontradiksi
Format
Anarki
Biodata
Bibliografi
kiasan
rasa kecewa
akhir
 perbedaan perlakuan
ramalan
pertentangan
 ukuran
kekacauan
biografi singkat
daftar pustaka
c.    Jargon adalah kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap aneh kata ini juga merupakan kata sandi/kode rahasia untuk kalangan terterntu (dokter,militer,perkumpulan rahasia,ilmuwan dsb).
Contohnya :
populasi, volume, abses, H2O,dan sebagainya.
d.   Kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain. Kata-kata ini bersifat sementara,kalau sudah teras usang hilang atau menjadi kata-kata biasa.
Contohnya :
asoy,  manatahan  dan sesuatu ya .

2.4.       Pilihan Kata dan Penggunaanya
1.    Kata dari dan daripada
Contoh :
-       Kertas itu terbuat dari kayu jati (keterangan asal)
-       Peristiwa itu timbul dari peristiwa seminggu yang lalu (keterangan sebab)
-       Buku itu ditulis dari pengalamanya selama di Jerman (menyatakan alasan)
2.    Kata pada dan kepada
Contoh :
-       Buku catatan saya ada pada Astuti (pengantar keterangan)
-       Saya ketemu dengan dia pada suatu sore hari. (keterangan waktu)
3.    Kata di dan ke
Contoh :
-       Atik sedang berada di luar kota  (fungsi kata depan di)
-       Di saat usianya suadah lanjut, orang itu semakin malas belajar (keterangan waktu)
4.    Kata dan dan dengan
Contoh :
-       Ayah dan Ibu pergi ke Jakarta kemarin
-       Ibu memotong kue dengan pisau
5.    Kata antar dan antara
Contoh :
-       Kabar ibu belum pasti,antara benar dan tidak (menyataan pemilihan)
-       Dia akan tiba antara jam 04.00 sampai jam 06.00 (jangka waktu)

KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu  menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.

Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:

1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.

Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif:


Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan, kepararelan, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

A. Kesepadanan Struktur

Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:

1. Memiliki subjek dan predikat yang jelas

Contoh:

Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour.       (Tidak efektif)
Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour.              (Efekti)

Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi) di depan Subjek.

2. Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal.

Contoh:

Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa.                       (Tidak Efekti)
Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa.     (Efektif)

B. Kepararelan Bentuk

Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina.

Contoh:

Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt efektif.       (Tidak efektif)
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif.          (Efektif)

C. Kehematan Kata

Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah: 

1. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk

Contoh:

Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren.        (Tidak efektif)
Saya tidak suka buah apel dan duren.                                    (Efektif)

2. Menghindari kesinoniman dalam kalimat

Contoh:

Saya hanya memiliki 3 buah buku saja.          (Tidak efektif)
Saya hanya memiliki 3 buah buku.                   (Efektif)

3. Menghindari penjamakan kata pada kata jamak

Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat.    (Tidak efektif)
Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat.                          (Efektif)

D. Kecermatan

Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda.

Contoh:

Guru baru pergi ke ruang guru.            (Tidak efektif)
Guru yang baru pergi ke ruang guru.   (Efektif)

E. Ketegasan

Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut.  Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat efektif.

1. Meletakan kata kunci di awal kalimat

Contoh:

Sudah saya baca buku itu.      (Tidak efektif)
Buku itu sudah saya baca.      (Efektif)

2. Mengurutkan kata secara bertahap.

Contoh:

Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden.   (Tidak efektif)
Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur.     (Efektif)

F. Kepaduan

Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.

Contoh:

Budi membicaran tentang pengalaman liburannya.   (Tidak efektif)
Budi membicarak pengalaman liburannya.                   (Efekti)

G. Kelogisan

Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD.

Contoh:

Waktu dan tempat kami persilahkan!     (Tidak efektif)
Bapak kepala sekolah kami persilahkan! (Efekti)

Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi dalam pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya.

Contoh-contoh kalimat efektif:

  • Karena tidak tidur semalaman, dia terlambat datang ke sekolah.
  • Dia memakai baju merah.
  • Sesudah dipahami dan dihayati pancasila harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Tugas itu bagi saya sangat mudah.
  • Semua mahasiswa diwajibkan membayar uang kuliah sebelum tanggal 26 Februari 2015.
  • Saya sedang membuat nasi goreng.
  • Selanjutnya, saya akan menjelaskan pentingnya air bagi kehidupan. 

ALINEA PARAGRAF

A.  PENGERTIAN ALINEA

Paragraf (Alenia) merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas dari pada kalimat. Alenia merupakan kumpulan kalimat, tetapi kalimat yang bukan sekedar berkumpul, melainkan berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang membentuk suatu kalimat, dan juga bisa disebut dengan penuangan ide penulis melalui kalimat atau kumpulan alimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan dan hanya memiliki suatu topic atau tema. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat. Alinea atau paragraf juga di artikan sebagai penuangan ide atau gagasan penulis melalui kalimat atau kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain berkaitan dan hanya memiliki satu topik atau tema.
Dalam paragraf terkandung satu unit pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam kalimat tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topic, dan kalimat penjelas sampai kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam satu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraph akan ditentukan oleh banyak sedikitnya gagasan pokok yang diungkapkan. Bila segi-seginya banyak, memang layak kalau alenianya sedikit lebih panjang, tetapi seandainya sedikit tentu cukup dengan beberapa kalimat saja.

B. JENIS PARAGRAF

1.     Macam-macam alinea berdasarkan letak kalimat utamanya

            1. Deduktif: kalimat utama atau ide pokok diletakkan pada awal alinea
Contoh: Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalaubelajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di bukukumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari dibuku.

2. Induktif: kalimat utama atau ide pokok diletakkan pada akhir alinea
Contoh: Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengancara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Itulah beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir  Nasional 



3. Variatif: kalimat utama diletakkan pada awal dan diulang pada akhir alinea
Contoh: Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional (UAN). Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akanefektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal dibuku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasaidicari di buku. Oleh karena itu, maka sebaiknya para guru memberitahukantips belajar menjelang UAN.

2.     Macam-macam alinea berdasarkan tujuannya

1. Alinea Pembuka

Alinea pembuka merupakan bagian dari sebuah wacana atau karangan yang paling pertama kita temui. oleh karena situ, sebaiknya alinea pembuka itu disusun secara menarik agar memunculkan rasa ingin tahu kepada para pembaca. Dalam alinea pembuka sangat diharapkan dapat membimbing para pembaca untuk memasuki suatu jalan cerita atau isi dari wacana atau dengan kata lain alinea pembuka ini menyiapkan para pembaca untuk memasuki alinea isi. Rumusan alinea pembuka yang baik akan menjadi pedoman untuk pengembangan karangan menuju tingkat selanjutnya. Dengan pedoman itu maka akan tercapainya suatu kepaduan pada dalam sebuah wacana atau karangan.
Dalam karangan ilmiah, paragraf pembuka dapat berupa:
• Garis besar karangan dengan menonjolkan bagian yang dipandang penting.
•  Pemaparan isi dan maksud judul karangan.
• Kutipan pendapat pakar pada bidang ilmu yang bersangkutan.
•  Sitiran dari suatu pendapat
• Pembatasan objek dan subjeknya.
• Pemaparan arti penting masalah yang akan dibicarakan.
•   Gabungan dari beberapa cara di atas.
Contoh :
Jacques Cousteau lahir pada tanggal 11 Juni 1910 di St. Andre de Cubzac, Prancis. Sejak usia 4-5 tahun, ia sudah jatuh cinta pada air. Cousteau pandai berenang dan menyelam gara-gara waktu berusia 10 tahun dikirim ke sekolah musim panas di Danau harvey, AS. Oarng tuanya ketika itu tinggal di sana. Seorang gurunya agak sentimaen kepadanya. Boetz sering menghukumnya membersihkan dasar danau yang penuh ranting dan pohon kering. Kalau tidak dibersihkan, anak-anak yang terjun bisa celaka. Inilah asal mulanya ia semakain pandai berenang dan menyelam.

2. Alinea Isi

Alinea isi merupakan suatu ide pokok beserta pengembangannya dalam sebuah wacana atau karangan. Oleh karena itu, alinea isi merupakan bagian yang esensial dalam suatu wacana atau karangan. Maksudnya adalah alinea isi menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian ide pokok tersebut. Dalam menjelaskannya harus disusun dengan berurutan dan sesuai dengan asas-asas penalaran yang masuk akal atau logis.
Ada beberapa pola penyusunan kalimat-kalimat yang menjadi sebuah paragraf isi yang dapat dijadikan pedoman, yaitu :

ü  Pola Urutan Waktu
Dalam pola urutan waktu, penulis mengungkapkan gagasan-gagasannya secara kronologis. Contoh:

1. Secara Eksplisit
Maharani Puspita Sari tidak hanya berfikir. Ia lantas mendiskusikan dengan guru atau teman-temannya. Selanjutnya, ia pun mengadakan penelitian masalah kondisi tanah di sekitar jalan tol. Akhirnya, remaja putri itu tercatat sebagai peseta lomba Karya Ilmu Pengetahuan Remaja 1982 dan siswa kelas II IPA SMA Regina Pacis (Bogor) itu tercatat sebagai pemenang harapan.

2. Secara Implisit
Ketukan tangan kecil di daun pintu sebuah rumah di pulau Mandangin, di malam buta pertengahan Februari yang lalu membangunkan penghuninya. Seorang bocah berseru dari luar memberi tahu, saat berangkat sudah tiba. Yang dipanggil bangkit dari tidurnya, berkemas, dan turun ke pantai. Si bocah yang di pulau itu disebut Kacong, berlalu kerumah lain untuk membangunkan yang lain pula, dan beberapa waktu kemudian sebuah perahu dengan 18 awak meluncur ke tengah laut. Nelayan pulau Mandangin turun mencari ikan. Besok siang mungkin mereka kembali ke darat dengan tangkapan yang lumayan, tetapi boleh jadi pula ia pulang dengan hasil yang nihil. Malam itu adalah melam mencari nafkah. Hari itu janji batas hutang yang ditumpuk sampai ratusan ribu rupiah untuk setiap orang tengah ditunaikan.

ü  Pola Runtutan Tingkat

Dalam pola urutan tingkat, penulis mengungkapkan gagasan mulai dari tingkat terendah sampai dengan yang tertinggi, dari kecil sampai dengan yang besar, dan sebagainya. Contoh :
Meskipun tingkat pembangunan suatu desa berbeda dari satu desa ke desa lainnya, dari satu negara ke negara lainnya, akn tetapi ada suatu persamaan umum yang dapat diterima. Pertama, pembangunan diharapkan dapat memenuhi harapan semua penduduk . Kedua, pembangunan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan, dan pendapatan penduduk desa. Ketiga, dengan pembangunan desa diharapkan pendapatan penduduk dapat menjadi kekuatan penggerak utama di dalam berbagai bentuk yang positif. Keempat, pembangunan desa diharapkan pula dapat menjamin keselamatan atau jaminan dimasa mendatang. Kelima, pembangunan desa diharapkan membuka kesempatn memajukan karir masing-masing warga desa

ü  Pola Urutan Apresiatif

Pada pola urutan apresiatif. Penulis mengungkapkan gagasannya berdasarkan, baik buruk, untung rugi, salah benar, berguna tidak berguna, dan sebagainya. Contoh :
Pernyataan bahwa business adalah unsur dari peternakan sering ditentang oleh banyak orang. Mereka bependapat bahwa dalam pertanian yang subsistence ataupun yang primitif beternak bukanlah suatu business tetapi, suatu cara hidup, suatu way of life. Pandangan ini bukan sering dikemukakan dengan tandas oleh banyak pejabat yang bertanggung jawab atasa produksi pertanian. Mungkin benar bahwa fungsi farming is way of life, sebab produksi dicampur aduk dengan konsumsi.,sebab usaha pertaniannya dipaterikan dengan kepuasan hidup dalam masyarakat taninya. Tetapi haruslah disadari pula pula selama tersangkut soal produksi, dan itulah business. Untuk menerangkan hal ini baiklah diteliti keadaan petani-peternak yang telah maju yang telah mengubah cara ‘primitif’ dengan cara ‘modern’. Petani-peternak terlibat dan makin lama makin terlibat dalam usaha jual dan beli. Menjual hasilnya yang berlebihan dan membeli alat-alat, serta bahan- bahan yang diperlukan untuk produksi. Bahkan dalam keadaan subsistence, petani yang maju tadi berpikir seperti pengusaha, sebagai businessmen, dan selalu bertindak secara itu.

ü  Pola Urutan Tempat
Dalam pola urutan tempat, penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari suatu tempat ketempat lainnya, misalnya dari atas ke bawah, dari dalam ke luar, dari kiri ke kanan, dan sebagainya. Urutan demikian dapat dikombinasikan dengan urutan berdasarkan tingkat pentingnya suatu tempat, dari tempat yang terpenting ke tempat yang penting sampai tempat yang kurang penting. Contoh :

Sebelum perahu bertolak ketengah laut, Suhardi disibukkan oleh tugas membenahi semua perlengkapan. Kalau tempat yang dituju sudah dicapai, dan jaring telah ditebarkan, anak laki-laki sembilan tahun ini meloncat ke air bersama sepotong bambu sepanjang tiga meter sebagai pelampung. Dia harus mencebur ke air waktu malam hari sekali pun. Tugasnya saat ini adalah membetulkan payang (jaring), atau menjaganya jangan tersangkut didalam air. Untuk itu, dia mengapung di laut selama satu setengah atau dua jam. Dan kembali ke perahu berbarengan dengan naiknya jaring.

ü  Pola Urutan Klimaks
Pola urutan klimaks ini hampir sama dengan pola urutan tingkat. Hanya saja, dalam pola urutan klimaks ini terkandung adanya intensitas yang semakin menaik, sedangkan dalam pola urutan tingkat tidak begitu ditonjolkan jadi, dalam pola urutan klimaks, penulis mengungkapkan gagasannya dengan urutan yang setiap kali semakin meningkat intensitasnya, dan berakhir pada gagasan yang paling intens. Contoh :

Dalam film terlihat seekor kera yang semula lincah akhirnya lumpuh, dan buta setelah dicekoki obat mencret Entro Vioform, 6 butir setiap hari selama 2 minggu. Hadirin menarik nafas. Tetapi suasana menekan perasaan justru tambah menjadi-jadi setelah film berakhir, dan lampu dinyalakan diruang Press Club.

ü  Pola Urutan Antikimaks
Pola urutan antiklimaks ini merupakan kebalikan dari pola urutan klimaks. Jadi, pola urutan antiklimaks ini berangkat dari suatu yang paling intens menuju ke yang intens sampai ke yang kurang intens. Dalam cerita rekaan (novel, cerpen, drama), klimaks dan antiklimaks, dan setelah sampai pada puncaknya menuju ke antiklimaksnya yang berupa penyelesaian.

ü  Pola Urutan Khusus Umum
Dalam pola urutan khusus ke umum ini, penulis mula-mula mengungkapkankan gagasan-gagasan suatu hal yang khusus, kemudian diungkapkan keumuman atau rampatan generalisasinya. Contoh :
Manusia adalah makhluk yang sedikit empedunya, dan panjang umurnya. Kuda juga sedikit empedunya. Demikian juga keledai, dan binatang-binatang lainnya yang serupa itu. Jadi, semua makhluk yang sedikit empedunya berumur panjang.

ü  Pola Urutan Sebab – Akibat
Dalam pola urutan ini, penulis mengungkapkan gagasannya bertolak dari suatu akibat atau efek terdekat dari pernyataan itu. Contoh :
 Kalau kemarau tengah berlangsung, sinar matahari terasa menyengat di Pulau Kambing. Selama empat bulan semua tumbuh-tumbuhan di pulau itu merangas. Angin meniup daun-daunnya yang kering hingga rontok ke bumi. Dari kejauhan yang kelihatan hanya rumah penduduk. Pada saat itu, orang berpunya yang mampu membuat bak mandi dari semen mungkin masih menyimpan persediaan air hujan. Beberapa penduduk datang ke sana sebagai pembeli. Lima ratus empat puluh tiga sumur yang ada disana mengeluarkan air yang asinnya persis seperti air laut. Air itu tak dapat diminum, ataupun digunakan untuk menanak nasi

ü  Pola Urutan Tanya – Jawab
Dalam pola urutan tanya- jawab ini, penulis mula-mula mengemukakan gagasannya dalam bentuk pertanyaan, kemudian diikuti dengan jawaban pertanyaan itu.Contoh :
 Apa saja yang penting untuk diperhatikan oleh seorang pemimpin diskusi agar diskusinya dapat mencapai sasaran? Sesorang pemimpin diskusi hendaknya tidak mendominasi jalannya diskusi. Dia bertanggung jawab mengatur agar diskusi berjalan lancar menurut arah yang dikenhendakai pokok persoalan bersama, dan harus menstimulir anggota diskusi untuk berpartisipasi, serta menjuruskan kearah pemikiran. Dia pun harus mencegahadanya monopoli pembicaraan oleh seorang peserta saja, dan kalau ada salah paham atau perbedaan pendapat harus mengusahakan penyelesaiannya. Pada akhir diskusi, pemimpin diskusi harus membuat ringkasan, kesimpulan atau hasil diskusi.

3. Alinea Penutup

Alinea ini merupakan kebulatan dari masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian wacana atau karanan sebelumnya. Alinea ini merupakan kebulatan dari masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian wacana atau karanan sebelumnya. Selain itu alinea penutup juga harus mengandung kesimpulan yang benar-benar mengakhiri uraian wacana atau karangan tersebut. Karena bertugas untuk mengakhiri suatu wacana, maka alinea penutup yang baik ialah yang tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak terlalu pendek. Akan tetapi, alinea penutup harus menimbulkan kesan tersendiri bagi para pembaca.
Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting.

Contoh alinea penutup yang berupa kesimpulan :
Media cetak tergolong tertua kehadirannya di Indonesia dibandingkan dengan jenis media lainya (radio, film, dan tv), seorang pembaca surat biasanya adalah pendengar radio,dan penonton tv. Dengan demikian, media cetak mempunyai peranan yang yang khas dalam penyampaian informasi. Bukan saja untuk menghidupkan tradisi menulis, dan minat baca masyarakat, tetapi ia metupakan bagian terpenting dalam penciptaan suasana kemasyarakatan yang dinamis, dan harmonis dari keseluruhan sistem media komunikasi modern, baik diaderah pedesaan, dan terlebih-lebih lagi di daerah perkotaan.

Contoh alinea penutup yang berupa ringkasan :
Beberapa hal yang dapat diringkaskan dari pengamatan di atas. Pertama, terdapat gejala rendahnya mutu murid SD di seluruh Indonesia,yaitu murid SD tidak hanya mampu mencapai 50 % standar pengetahuan yang diharapkan dapat dicapai oleh mereka. Kedua, daerah-daerah dengan mutu murid SD yang lebih tinggi daripada rata-rata nasional terletak di Indonesia bagian barat. Ketiga, ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang paling parah diderita oleh semua murid SD, sedang matematika mrupakan ilmu pengetahuan yang paling kaut mereka miliki. Keempat, rendahnya mutu murid SD terjadi dalam jumlah murid yang naik dengan deras.

Contoh alinea penutup yang berupa penekanan kembali hal-hal yang penting
 Harus diakui bahwa ketegasan di dalam menghadapi dan memecahkan secara tepat persoalan yang menyangkut Pancasila itu merupakan faktor penting yang memungkinkan terwujudnya stabilitas dan pembangunan nasional. Kejadian sejarah yang penuh ujian bagi Pancasila kiranya akan membawa bangsa ini kedalam tataran yang lebih dalam, dan lebih penting yaitu pengalaman, dan penghayatan Pancasila secara lebih mantap lagi. Sesudah stabilitas nasional dapat diwujudkan, dan di dalam dasar itu eksistensi bangsa dan negara ini mempunyai landasan yang sangat kuat, yaitu Pancasila maksud dalam sikap dan hati nurani manusia-manusia Indonesia.

Contoh alinea penutup yang berupa saran :
Demikianlah peta bumi KMD. Jangkauan KMD sangat luas, meluputi sebagian besar rakya Indonesia. Pemerintah dalam hal ini hanya sekedar memberi dorongan pada pertumbuhan dan perkambangan pers nasional, khususnya yang terbit di daerah-daerah. Selanjutnya para penerbit pers itu sendirilah yang harus bekerja keras: menyusuri pantai,dan sungai-sungai, memasuki hutan-hutan, ngarai, dan daerah-daerah pegunungan untukmmencapai masyarakat pedesaan yang menjadi sasaran KMD.

Contoh alinea penutup yang berupa harapan :
Mudah-mudahan pedoman ini bermanfaat bagi usaha peningkatan sutau laporan hasil penelitian, dan peningkatan koefisienan, serta keefektifan pengelolaan penelitian bahasa, dan sastra. Dan untuk lebih dapat mewujudkan harapan ini, segera kritik, dan saran para pemakai buku ini akan dimanfaatkan.
  

3.     Macam-macam paragraf berdasarkan isi

1.      Eksposisi
Berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi. Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
2.      Argumentasi
Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta konsep sebagai alasan/ bukti. Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
3.      Deskripsi
Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal tersebut. Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
4.      Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
5.      Narasi
Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.Contoh:
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
  
C. SYARAT PARAGRAF
1.     Kesatuan
yaitu semua kalimat dalam paragraf  itu secara bersama-sama mendukung satu ide atau gagasan pokok. Jadi, tidak boleh ada kalimat sumbang atau menyimpang dari pikiran utamanya.
2.      Koherensi
 yaitu kepaduan atau kekompakan hubungan antara kalimat satu dengan kalimat lain dalam paragraf tersebut. Kepaduan kalimat dalam suatu paragraf dapat dijalin dengan penanda hubungan, baik penanda hubungan eksplisit maupun implisit.
3.      Pengembangan
 yaitu pengembangan ide atau gagasan dengan menggunakan kalimat-kalimat pendukung.
4.      Efektif
yaitu disusun dengan menggunakan kalimat efektif sehingga ide bisa tersampaikan dengan tepat.


D.  BAGIAN PENTING PARAGRAF
 Disetiap alinea pasti ada kalimat yang saling berhubungan dengan kalimat lainnya. Maka pada saat melakukan penulisan, kita harus memiliki dua buah kalimat penting yaitu kalimat utama dan kalimat penjelas.
ü  Kalimat Pokok
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf.
ü  Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.

E. FUNGSI PARAGRAF
Berikut ini merupakan fungsi paragraf:
1.      Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.
2.      Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
3.      Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya
4.      Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil.
5.       Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.

F. UNSUR ALINEA
Alinea adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca.Supaya pikiran tersebut dapat diterima oleh pembaca,alinea harus tersusun secara logis-sistematis.Alat bantu untuk menciptakan susunan logis-sistematis itu adalah unsur-unsur penyusun alinea,seperti transisi (transition),kalimat topik (topic sentence),kalimat pengembang (development sentence),dan kalimat penegas.
Kalimat-kalimat yang membangun paragraf pada umumnya dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu (1) kalimat topik atau kalimat utama, dan (2) kalimat penjelas atau kalimat pendukung.
Kalimat topik atau kalimat utama, biasanya ditempatkan secara jelas sebagai kalimat awal suatu paragraf. Kalimat utama ini kemudian dikembangkan dengan sejumlahkalimat penjelas sehingga ide atau gagasan yang terkandung kalam kalimat utama itu menjadi semakin jelas.
Ciri kalimat topik adalah:
1.      Mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci atau diuraikan lebih lanjut
2.      Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri
3.      Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain
4.      Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.
Ciri kalimat penjelas adalah:
1.      (Dari segi arti) sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
2.      Arti kalimat kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan        kalimat lain dalam paragraf.
3.      Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi.
4.      Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang mendukung kalimat topik.
Kalimat-kalimat penjelas atau kalimat-kalimat bawahan itu menjelaskan kalimat topikdengan empat cara, yaitu:
1.      Dengan ulangan, yaitu mengulang balik pikiran utama. Pengulangannya biasanya menggunakan kata-kata lain yang bersamaan maknanya (sinonimnya).
2.      Dengan pembedaan, yaitu dengan menunjukkan maksud yang dikandung oleh pikiran utama dan menyatakan apa yang tidak terkandung oleh pikiran utama.
3.      Dengan contoh, yaitu dengan memberikan contoh-contoh mengenai apa yang dinyatakan dalam kalimat topik.
4.      Dengan pembenaran, yaitu dengan menambahkan alasan-alasan untuk mendukung ide pokok. Biasanya kalimat pembenaran itu diawali/disisipi kata “karena, sebab”.

SUMBER :

http://tugaskuliah15.blogspot.co.id/2015/10/makalah-bahasa-indonesia-diksi-atau.html
http://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-kalimat-efektif-adalah-beserta-contoh-lengkap.html
http://wede56.blogspot.co.id/2014/03/contoh-makalah-bahasa-indonesia-alenia.html